Posts

Hari Ke Sembilan

 Hai, Sudah hari ke sembilan. Rencananya saya akan menulis setiap hari guna meredakan perasaan saya. Ternyata cukup sulit untuk konsisten. Hingga akhirnya saya baru sempat menulis kembali di hari kesembilan. Kali ini saya akan membahas mengenai perasaan saya yang merasa sangat direndahkan ketika berkomunikasi dengan seseorang. Pernah kah kalian menemui seorang yang bisa tiba-tiba meledak-ledak emosinya padahal sedang tidak menghadapi persoalan yang menyinggung. Tiba-tiba tak disangka-sangka kata kata kotor terucap dari mulutnya. Padahal sebelumnya hanya bercakap biasa tanpa ada intensi untuk memancing emosi ataupun menyinggung.  Saya terheran-heran mengapa ia bisa dengan mudahnya mengucapkan kata-kata kotor tersebut, sangat mudah baginya merendahkan orang lain. Saya diingatkan seorang kawan bahwa bukan kali ini saja dia berlaku demikian, di masa lampau pun saya pernah mengeluhkan yang sama dari dirinya yang mudah sekali mengeluarkan kata-kata tidak pantas. Mungkin saat itu saya berpiki

Hari Ketiga

 Masih sama seperti hari sebelumnya, masih bangun dengan perasaan sedih dan kehilangan. Penyesalan terbesar mungkin tercipta dihal ini.  Saya benci menjadi orang yang memiliki trust issue. Bagaimana cara mengelola itu agar tak menyakiti orang yang saya sayang. Saya butuh pengobatan sepertinya, sebelum menyayangi orang lain saya harus sembuh dulu dari penyakit ini.  Hari ketiga ini saya mendatanginya ke tempat tinggalnya. Saya membeli sebuah bunga dan tak lupa sepucuk surat aku selipkan didalamnya. Berharap dapat mengubah pikirannya. Belum ada pikiran saya untuk melupakannya. Bahkan jika tidak ada kesempatan sekalipun, Saya rasa saya tetap akan menyimpan bayangannya dalam hati. Pada dirinya lah muncul komitmen dalam diri saya. Sesuatu yang belum pernah muncul selama saya hidup.  Saya bahagia menikmati perjalanan menuju rumahnya. Saya menikmati setiap detail dari jalan raya ini. Saya mengamati rumahnya dari jauh. Bisa jadi ini terakhir kalinya saya berkunjung. Saya rasa alam pun mendukun

Hari Kedua

 2 Desember 2023. Hari kemarin aku habiskan untuk merenungi hubungan kita. Hubungan yang Saya kira sudah sangat mature dan matang untuk diteruskan sampai jenjang pernikahan. Kita udah bisa sama-sama mengelola permasalahan yang ada. Walaupun terkadang masih banyak ego yang mengganggu, namun kita lebih baik daripada kita yang dahulu.  Saya merenungi mengapa bisa semendadak itu, Saya mempertanyakan masihkah ada secercah perasaanmu padaku. Adakah kesempatanku untuk membangun rumah bersamamu. Aku ingin bertahan pada satu orang. Aku sudah tidak tahu bagaimana cara membangun hubungan dengan orang baru. Aku hanya ingin bertahan pada mu sampai akhir hayat.  Jikalau pada akhirnya saat ini kita harus berpisah, izinkan aku untuk menjadikanmu motivasi hidup. Aku akan kembali pada rentang waktu 2-5 tahun lagi. Aku ingin mempersuntingmu saat aku siap. Menjadi tantanganku karena apakah statusmu masih belum ada yang memiliki kelak di 2-5 tahun itu. Apapun risikonya akan ku ambil. Aku sudah berniat seja

Hari Pertama

1 Desember 2023, Hari ini hari pertama pasca putus dari Nanda. Perempuan yang saya temui dibangku kuliah. Banyak memberi saya inspirasi dan mengajari saya banyak hal dalam membangun hubungan. Nanda merupakan pacar nyata pertama saya. Tak pernah terpikirkan bahwa ada manusia lain selain orang tua saya yang menyayangi saya. Saya skeptis sama cinta pada awalnya. Saya tak terlalu percaya bahwa cinta bisa menghancurkan seseorang. Sekarang saya mengalaminya langsung. Saya harus menerima kenyaataan bahwa Nanda sudah tidak bisa bersama saya. Ia memilih jalannya sendiri, dengan dirinya sendiri tanpa melibatkan Saya lagi.  Setelah 4 tahun mengenalnya, menyayanginya, merindunya tiap saat. Kali ini Saya harus merelakan ia pergi. Padahal Saya sudah membulatkan tekad untuk menikahinya kelak. Pada nyatanya saya melakukan kesalahan yang tidak bisa ia tolerir lagi. Sebagai laki-laki Saya harus menerima konsekuensi itu. Saya harus mengambil pelajaran dari pengalaman ini. Saya tidak masalah jika harus pe

Mencoba Menulis (day 1)

Image
 Hello Besties.... Tau-tau udah 2021 aja nih, 2 tahun lebih blog ini ku tinggalkan karena beberapa alasan. Alasan klasik yaitu: aku sibuk mempersiapkan diriku untuk tes masuk perguruan tinggi negeri. Alasan sebenarnya: Malas!  Tulisan ini dibuat awal tahun 2021 kurang lebih setahun pasca virus Covid-19 mulai menyebar ke seluruh penjuru muka bumi. Sialan, Perkuliahan yang semula menyenangkan berubah menjadi menyengsarakan, menyengsarakan kuota internet kami. Pada awal pandemi sekitar bulan Maret 2020 kegiatan perkuliahan kami dirumahkan. Semua serba online, awalnya hanya satu bulan, tetapi diperpanjang menjadi satu semester, kemudian semester berikutnya juga masih tetap sama. Sedih sekali. Tak banyak yang ku lakukan ketika dirumah saja, hanya sebatas berselancar diinternet mengerjakan tugas yang diberikan dosen, sesekali menonton video random di youtube, sesekali berolahraga. Aku pun merasa ilmu yang ku dapat kurang maksimal. Aku yang malas mencatat materi pun semakin dimanjakan dengan

Manusia

Terkadang manusia bisa besar kepala dan menganggap dirinya paling beriman di dunia. Apa hak kita untuk menghakimi orang lain? Apakah derajat kita lebih tinggi dari derajat manusia lain? Apa karena tingkat kepandaian kita lebih cerdas dari manusia lain? Entah lah, yang jelas kebanyakan manusia modern yang mengaku cerdas dan beradab ini sering kali membuatku muak. Urusan agama itu adalah urusan manusia terhadap Tuhan. mengapa berani sekali kita menghakimi sesama manusia. padahal kita dihadapan sang pencipta sama derajatnya. Manusia terlahir dengan bermacam-macam watak dan perilaku, dan ibadah merupakan ritual yang ditanamkan oleh orang tua mereka sejak dini. Mungkin saja kamu terlahir di keluarga taat dengan hukum ibadah yang sangat ketat dan memaksa sehingga kamu terbiasa sedangkan disisi lain ada yang terlahir di keluarga taat namun tidak ketat dan memaksa dan ada juga yang terlahir di keluarga tidak taat. Manusia butuh proses untuk memantapkan keimanannya. Percuma kamu ibadah seti

Sebuah Resensi “Entreprenuership Membangun Spirit Teknopreneurship”

Image
NAMA : AHMAD ZINEDINE NIM     : 19808141083 Judul  : Entrepreneurship, Mebangun Spirit Teknopreneurship Pengarang  : Ir. Arman Hakim Nasu M.Eng., Ir. Bustanul A Noer, M.Sc., Ir. Mokh. M.Sc.  Penerbit  : C.V Andi Offset Tahun  : 2007 Tebal  : xii + 276 Halaman http://library.uny.ac.id Entrepreneurship telah menjadi spirit bagi bangsa yang bertekad untuk maju, khususnya kaum generasi muda. Spirit entrepreneur terbukti telah mampu meningkatkan daya saing negara-negara maju, baik di Amerika, Eropa, hingga Asia. Semakin beralihnya tumpuan ekonomi negara dari Sumber Daya Alam menuju ke ekonomi berbasis pengetahuan (knowledse based economic) mengakibatkan dituntutnya negara hingga generasi mudanya untuk mampu memfasilitasi terciptanya teknopreneur-teknpreneur (entrepreneur berbasis pengetahuan) yang berdaya saing global. Dengan demikian, akan semakin banyak tercipta “Sutedja-Sutedja” bersaudara lainnya, arek SUrabaya asli yang mampu bersaing di bisnis microchip LKemba